Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali
Posted By admin On Sunday, April 8, 2012 08:29 AM. Under Wisata Religi
Hari raya Nyepi
merupakan hari raya yang digelar oleh ummat Hindu sebagai bentuk ritual
Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka yang akan datang. Bali
sebagai kawasan di Indonesia dengan mayoritas agama penduduknya adalah
Hindu merupakan salah satu kawasan yang cukup terkenal dengan perayaan
hari raya nyepi tersebut.
Selama perayaan nyepi, salah satu
pantangan yang harus dihindari oleh umat Hindu yang merayakannya adalah
amati geni, yakni larangan untuk menyalakan api sehingga suasana harus
gelap. Tidak ada api yang menyala dimana-mana sehingga masyarakat dari
pagi hari sudah mengurung diri di rumah masing-masing.
Tujuan utama dari perayaan Hari Raya
Nyepi tersebut adalah memohon ke pada Tuhan Yang Maha Esa, agar bisa
menyucikan Bhuana Alit (alam manusia atau microcosmos) dan Bhuana Agung
atau macrocosmos yakni alam semesta. Sebelum Hari Raya Nyepi tersebut
dilaksanakan biasanya terdapat beberapa macam rangkaian upacara yang
dilakukan oleh umat Hindu, di Indonesia khususnya di daerah Bali.
Salah satu rangkaian ritual yang
dilakukan oleh ummat Hindu di Bali sebelum datangnya hari raya nyepi
adalah apa yang dinamakan dengan upacara pengerupukan, yakni
menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori seluruh lokasi rumah dan
juga pekarangan, menyemburi lokasi rumah serta pekarangan dengan mesiu,
serta memukul beberapa benda-benda apa saja (biasanya kentongan)s hingga
bersuara ramai dan gaduh.
Upacara pengrupukan biasanya diikuti
dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan berntuk perwujudan dari Buta Kala
yang diarak keliling lingkungan sekitar, lalu kemudian dibakar.
Tujuannya masih sama yakni mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar
tersebut.
Perayaan hari raya nyepi yang identik
dengan suasana kegelapan dari sisi ekonomis memberikan keuntungan
tersendiri yakni upaya penghematan energi listrik oleh ribuan orang pada
satu hari penuh. Hal ini secara langsung memberikan upaya keuntungan
bagi cadangan pasokan listrik masyarakat bersangkutan. Ummat agama lain
atau pun beberapa instansi yang harus menyalakan listrik biasanya hanya
dibolehkan dalam ukuran kecil yang tidak keluar sinarnya dari jendela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar