Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?”
tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini
mah tidak
akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa
geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku
telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling
menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari
cukup buatku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar