”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku
menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami
romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang
hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris.
Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma
kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma
senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk
menerima lamaranku lewat Diah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar